Islam Mosque

Jumat, 13 Desember 2019

Dia Mengenalkanku Al-Ma’tsurat

Di semester awal masuk kuliah, aku kembali bertemu dengan mereka yang dulu pernah menjadi teman semasa sekolah menengah. Ya meskipun berbeda kelas waktu itu dan tidak saling mengenal atau mengetahui satu sama lain, tapi di kampus berasal dari sekolah yang sama juga merupakan kesenangan tersendiri, hanya saja sekarang mereka berada di dua tingkat atasku. Salah satu dari mereka sebut saja Mawar, bukan nama sebenarnya. Mmmmm… tapi karena memang namanya aku rahasiakan, bagaimana kalo sebut saja dengan R (Rahasia) 😅

Sepertinya dia dewasa, dan aktifis baik di kampus maupun di tempat kajiannya, belum lagi kalo pagi dia ngajar. Awal-awal kita dekat karena tawaran tumpangannya saat tahu kalau aku tidak memiliki kendaraan. Berhubung berkendara sendiri dia menawarkan diri untuk memberi tumpangan. Awalnya kutolak, sebab merasa tak enak kalo dia mesti menjemput saya dulu, karena sedikit memaksa akhirnya aku setuju.

Flash back sedikit, mungkin dari kalian yang baca ini pernah lah aku cerita , kalo dari SMP sampai SMA aku punya keinginan untuk memiliki seorang sahabat yang benar-benar care gitu, yang kalo aku salah
dibenerin, yang kalo lupa diingetin, yang kalo belok dilurusin, begitulah pokoknya. Hehe, melankolis ya, mungkin efek dari kebanyakan baca novel. Dulu hoby baca mulai dari komik sampai novel, isinya
macem-macem, ada yang bercerita tentang keluarga, cinta muda mudi, sampai kisah tentang persahabatan.

Nah, sama ukhti yang satu ini aku ngerasanya seperti sudah menemukan apa yang kucari. 😊 Kerudungnya lebar, seringnya memakai yang segi empat, dia pribadi yang sangat dewasa, setiap kata
yang mengalir bijak dan penuh kehati-hatian, itu yang kuingat. Kebersamaan kita tidak jauh dari motor, sebab itulah alasan kami menjadi dekat, meskipun itu singkat.
 Setiap hari aku menunggu di jam pulang kuliah, dan selalu menanyakan temannya jika kelasnya sudah selesai namun dia tak kunjung datang. Pernah suatu sore aku menanyakan keberadaannya sama salah
satu teman kelas dan kerjanya, sebut saja A. “R mana ya?” tanyaku singkat. “R mulu yang ditanyain, tanya aku napa?” jawabnnya dengan nada rada tinggi, hehe bukan marah, mungkin agak kesal, entah
apa alasannya saat itu. Tapi setelah lumayan agak jauh mengenal R dan temannya A ini, aku tahu alasannya. Sebenarnya mereka juga dekat, cuma ada beberapa hal  yang membuat mereka salah faham.

Oke, kembali ke R. Pernah suatu ketika aku kehilangan sebuah helm, saat itu dia sedang rapat (mungkin) di masjid tempat kuliah kami, dan aku menunggunya di luar. Karena dia memberi isyarat bahwa sepertinya sedikit lama, maka aku memutuskan untuk turun terlebih dulu. Sesampai di area parkir, aku tidak mendapati helmku di motornya, aku bertanya sama satpam, tapi beliau bilang tidak tahu. Ya Allah… sedih banget rasanya. Itu helm kesayangan, helm perjuangan. Sebab aku membelinya dengan upah bekam yang aku sisihkan. Aku memberikan pesan singkat, dia menjawab menenangkan. Dan tak lama dia turun, Nampak sedikit cemas juga dari raut wajahnya. Aku lupa apa yang dia katakan waktu itu, yang jelas itu kalimat yang  dia coba katakan untuk menghiburku.  Setelah cukup lama menunggu dan tidak juga nampak tanda-tanda ada orang yang mengembalikan helmku, akhirnya kami pun pulang.

Malamnya, saya mendapat pesan singkat, isinya kurang lebih kalimat-kalimat yang berusaha menguatkan dan menghibur, tapi dikemas dengan pilihan kata yang cantik, jadi membuat saya “melted”. Bukan kehilangan lagi yang aku rasa, tapi kehadiran seorang teman, sahabat yang mungkin akan selalu ada saat aku merasa jatuh, atau terpuruk. Esoknya seperti biasa kita berangkat dan pulang bareng, dan aku sudah kembali tersenyum. Pelajaran bahwa apa-apa yang sudah kita upayakan belum 
tentu menjadi milik kita.

Suatu hari aku menemani kawan semasa kecilku pergi ke sebuah toko pernak-pernik. Dan melihat sebuah gantungan kunci cantik, berbentuk hati dan terbagi menjadi 2 bagian, sebagian berwarna merah 
dan sebagian berwarna biru, serta terdapat tulisan “Best” di bagian satunya dan “Friend” di bagian lainnya. Karena tertarik maka kubelikan gantungan ini untuk kuberikan sebagian untuknya. Malamnya 
seperti biasa kita bercanda atau bercerita lewat sms, saat itu dia kutanya. “Ukhti, jika disuruh memilih antara warna merah dan biru, warna apa yang kamu pilih” dia menjawa “biru” saya membalas lagi “Lah 
kan biru aku, aku kan pernah cerita to kalo suka sama warna biru, pilih merah saja ya?” “emmm… ya sudah, kalo begitu warna hijau saja, itu warna kesukaan Rasulullah” balasnya. Karena ketertarikanku pada warna biru, suatu hari dia  memberikanku hadiah berupa kerudung berwarna biru laut, itulah alasan kenapa sampai saat ini aku masih suka dengan kerudung yang berwarna biru laut, sebab mengingatkanku tentang dia.

Keesokannya di kampus, seperti biasa aku menunggu di area parker saat jam pulang kuliah. “”Lama?” sambil berjalan menghampiriku dia member pertanyaan itu. “Lumayan, buru-buru gak? Kalo enggak duduk-duduk di sini saja dulu” tanyaku. “Oh, egak, santai kok” dia menimpali. Setelah bicara beberapa hal, “Emmm, semalam katanya anti pilih warna biru kan? Nih, buat anti” sambil menyodorkan sesuatu yang kubeli kemarin. Nampak speechless dia, “Ya Allah… anti… kok iso i lo?” itu kalimat yang keluar darinya dan tentu saja dengan senyuman lebar, menandakan bahwa dia sangat suka menerima hadiah persahabatan itu. Pernah ketika pulang kuliah, langit sangat gelap, tapi dia memutuskan untuk tetap 
pulang. Akhirnya hampir kita kehujanan, dia membanting setir ke kanan masuk ke sebuah sekolah yang kita lewati setiap hari perjalanan kuliah. Kami berteduh di mushola yang ada di sekolah itu. Hujan kali ini sangat lebat, dengan angin yang kencang dan membawa air memasuki area mushola. Kami tertahan sementara di sini, seneng sih karena ada alasan untuk bareng lebih lama (dikasih backsong Hujannya 
Utopia cakep kali ya? 😅), tapi rada takut juga dengan anginnya .

Suatu hari dia bercerita kalo harus tinggal di rumahnya sendiri, sebab selama ini dia tinggal dengan ikut orang, motor yang dipakai juga punya orang itu, dia cerita kalo tidak enak harus terus merepotkan orang lain, meski pun orang yang punya tempat untuk dia tinggali bilang tidak masalah. BTW, setelah dia cerita 
sedikit profil tentang orang itu, ternyata dulu juga aku pernah bekam “ibu” itu. Kita sudah bertemu di sana, hanya belum saling kenal. Dia menyuguhkan makanan dan minuman buatku, dengan ramah dia 
tersenyum dan menawarkanku untuk makan. Tatapannya teduh, orang yang menatapnya mungkin akan merasa nyaman. Ingin rasanya berkenalan dan menjadi teman, tapi waktu itu sangat singkat. Jadi hanya sebatas melempar senyum. Ah…dunia memang sempit. Ternyata sekarang kita sudah menjadi teman.

Setelah dia memtuskan, maka banyak hal berubah. Kini aku harus ganti partner, nebeng sama teman lain. Kita jadi jarang bertemu, dan cuma bisa melihat dari kejauhan dibalik kaca kelas yang berada di lantai dua setiap kali dia pulang, kuliahnya memang selesai lebih awal, otomatis pulangnya juga lebih awal. Pengen banget bisa bareng, kemana gitu, cerita lagi, bercanda lagi, tapi keadaan memang sudah 
susah membuat kita bareng lagi. Pernah juga pas aku mengatar keponakan ke sekolah, menawarkan untuk menjemputnya dan mengantar ke tempat kerja, namun selalu dia tolak. Padahal aku cuma pengen bareng saja meski sebentar. Hemmmm… so sad… Gak apa-apalah, mungkin memang dia tidak ingin merepotkan orang lain. 

Saat ada kesempatan aku mengajaknya untuk main ke rumah. Tepat di waktu yang dijanjikan akhirnya dia main juga ke rumah. Seperti biasa kita berbicara banyak hal, tapi entah kenapa pembicaraan itu 
justru membuatku sedikit berdebat dengannya. Waktu itu aku sedang semangat-semanganya berbicara tentang harokah-harokah, karena perbedaan sudut pandang membuat kita berseberangan. Agak menyinggungnya mungkin, entahlah, tapi itu adalah salah satu hal bodoh yang pernah kubuat. Maaf ukhti, saat itu aku masih jahil, masih sangat dangkal, sampai sekarang itu masih menjadi sedikit beban 
untukku. Karena kamu pulang dengan perasaan kesal mungkin, atau marah bahkan. Afwan jiddan. Aku tidak berani mengatakannya secara langsung hingga kini, khawatir air mata ini tidak bisa kutahan, dan khawatir membuka kembali luka lama yang mungkin kamu sudah lupa. Sekali lagi afwan jiddan, untuk kamu yang mengenalkanku terhadap Al-Ma’Tsurat. Jazakillah khair untuk semuanya, dan syukron katsiron sudah pernah menjadi sahabat. 😊


Her Name is Evan

Hari pertama masuk kerja di salah satu toserba di Ngawi. “Mbak, baru ya” Tanya mbak Yuni yang saat itu juga berkenalan. “Iya mbk” jawabku. “Sudah tanya Pak’e belum di tempatkan dim ana?” (Pak’e : panggilan kepada Bos laki-laki). “Belum mbk” “Ya sudah sebentar ya, saya tanyakan dulu” “iya mbk” jawabku singkat. Tidak lama setelah itu dia datang “Mbk, sampean di depan ya sama Evan”. “Evan? Cowok ya
mbk?” dengan senyum khasnya mbk Yuni menjawab “Egak kok mbk, dia cewek, di depan di stand baby”. Ah…lega perasaanku “Oh gitu, kirain cowok mbk, hehe iya mbk”. Tanpa perintah aku langsung berjalan ke tempat yang dimaksud mbk Yuni.

Aku menuju ke depan, terlihat cewek dengan perawakan tinggi, langsing, kulitnya bersih, putih, rambut agak ikal dan diikat di bagian belakang agak atas, dengan setelan celana jeans dan kaos bertulis “ROXY”, matanya sipit, sempat berfikir kalo dia anaknya pemilik toko, macam orang
Cina Oriental. Hehehe. Tapi dia lagi ngepel, menandakan kalo dia juga seorang karyawati di toko ini “Pemisi, maaf, mbk Evan ya?” tanyaku. Dengan senyum manis dan wajah ramahnya dia menjawab “Iya, saya Evan, baru ya?”sambil mengulurkan tangan tanda ingin berkenalan “Iya
mbk, baru, saya Sri Lestari mbk, mohon bantuannya ya mbk. Saya bisa bantu mbk?”
“Oh..bersihin etalase itu saja dulu”

Mulai hari itu kami menjadi partner kerja, dia selain menjaga stand juga menjadi kasir 2, hari-hari kami lalui dengan banyak cerita, canda, tangis, tapi dia yang sering nagis. Hehehe (Peace mbk) Sharing n caring is something. Boleh dikatakan saat itu kita menjadi sahabat tanpa sadar, mungkin karena seringnya kita saling berbagi cerita dan keluh kesah. Dia itu jago bikin mahar hantaran, makanya pernah tak sarankan bikin toko khusus bikin mahar, tapi waktu itu katanya masih banyak kendala, terutama modal. Dia pekerja keras, kalo lagi bikin mahar saya cuma bisa lihatin doang, abisnya saya payah banget kalo disuruh ngerjain kerjaan yang butuh keuletan. Hehe…di sini kadang saya merasa bersalah/gak enak, sebagai partner gak bias bantuin apa-apa (beneran, ini dari hatiku saat itu mbk 😔). Yang paling berkesan adalah  saat dia memutuskan untuk berhijab. Masyaallah…. Haru dan bahagia mendengar hal itu.

Meski tak lama kita menjadi rekan kerja, hanya sekitar 6 bulan, sebab saat itu saya memutuskan untuk study lagi. Tapi terimakasih sudah menjadi partner n sahabat. Sekali pun setelah itu kita jarang bertemu dan komunikasi, tapi Alhamdulillah saat ini kita masih menjadi teman, dan masih menjalin komunikasi meski pun tidak seintens dulu, di masa-masa kita menjadi rekan. 😊

(Evan Merydiane, sekarang owner Dapoer Sangit n Manis Mahar di Ngawi)

Jumat, 15 Januari 2016

Best Friend Forever D'Sun & D'Star

We Will Fly Together
Sahabat ...
Bahagia ketika aku dan kamu berjumpa ...
Kau hadir disaat aku mulai tak percaya lagi dengan arti kawan sejati...
Kau hadir diwaktu aku sakit, sakit yang bahkan aku pun tak tahu bagaimana harus mengakhirinya....
Sebab, aku benar-benar terluka saat itu....
Luka yang membayangkannya saja membuat luluh air mata...

Sahabat, boleh dibilang aku amatlah tak berarti saat itu....
Aku benar-benar merasa terbuang, terabaikan,..
Namun hal sebaliknya aku dapat setelah aku mengenalmu...
Aku merasa bahwa kau adalah sahabat yang dkirimkan Allah sebagai pengganti sahabatku sebelumnya...
Aku bersusah payah membuatmu yakin dan merasa nyaman terhadapku, aku lakukan apapun yang sekiranya membuatmu tertawa, sekalipun harus berlebay badai (katamu)... tak apa, karena yang ku lakukan memang ingin membuatmu tersenyum..
Aku tak ingin membuatmu sakit, sakit seperti yang pernah kurasa,...
Aku memilihmu menjadi saudari hatiku karena sikapmu yang sangat peduli dan sayang terhadapku...begitu juga aku...
Aku pun mencintaimu, sangat...
Meski kita terlahir dari seorang ibu yang berbeda, namun cinta dan kepedulianmu melebihi dari sekedar kata saudara....

Sahabat.....aku berharap, kau selalu mengingatiku sebagai sahabat tersayang yang kau sayang, sampai akhir hayat,.. bahkan, aku akan selalu berdoa bahwa ikatan yang kita jalin tak kan pernah terlepas hingga bermuara ke surga...
Sungguh, aku mencintaimu karena cintaNya yang Dia karuniakan kepadaku....
Sungguh, aku menyayangimu karena berharap kelak dapat dkumpulkan dengan orang2 yang dcintai karenaNya...

Sahabat.....Aku ingin mmiliki istana cahaya disana, di surga, yang ingin ku bangun bersama saudari hati yang aku sayangi karenaNya... Kamu, sayang...
Maka itu, selalu tegur aku, skalipun kadang kau merasa lelah dan bosan...bersabarlah dengan itu, sebab aku sebenarnya slalu ingin kau berada di dekatku dan membimbing tanganku...
Sahabatku sayang...El Sa....
Aku akan menjadi saudari hatimu untuk selamanya, hingga waktu yang Allah tentukan... Aku ingin kamu yang menjadi tetanggaku pertama di syurga....
Semoga Allah meridhoi setiap amal kita dan mempertemukan kita kembali di sana jika telah terpisah di dunia..
Sayang...sungguh aku sangat bersyukur telah mengenal dan memiliki sahabat spertimu...

🌟Your star

Kamis, 03 April 2014

Pelajaran Dari Tukang Kayu

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu.  Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah terbaik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan. Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah  pada si tukang kayu.  “Ini adalah rumahmu,” katanya, “hadiah dari kami.”
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan  cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan selama ini dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri dengan penuh ketidak sempurnaan karena semata kelalaian kita.

Seandainya kita menyadarinya sejak semula, pastilah kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda. Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Kehidupan yang kita jalani, tak ubahnya kita sedang membangun sebuah rumah untuk kita tempati nanti selamanya. Apabila kita sungguh2 dalam menjalani kehidupan ini dengan penuh kebaikan, maka rumah yang akan kita tempatipun akan terasa nyaman, namun apabila kita menjalani kehidupan ini dengan penuh keburukan, maka yang kita rasakan nantipun tidak akan jauh berbeda. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini.

Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

“Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri dan hasilnyapun akan dirasakan sendiri”.
Semoga kita bisa memanfaatkan sisa usia dengan penuh kebaikan.

Amin

Sumber: http://kisahmotivasiislam.wordpress.com

Minggu, 22 September 2013

Cantikmu Alihkan Dunia


gaulislam edisi 309/tahun ke-6 (17 Dzulqa’dah 1434 H/ 23 September 2013)
Woohh… lebay banget judulnya. Yup, it’s real!  Cantik itu nggak relatif. Tapi pasti. Makhluk-makhluk cantik kalo udah eksis di tempat umum, dijamin para pria bakal pada noleh semua dan teralih perhatiannya. Abang jualan bakso yang lagi dorong gerobak bakal kejeblos lobang di jalan gara-gara nggak nyadar lagi, cowok-cowok yang lagi jalan ataujogging pun bakal kebentur tiang listrik (hahaha…)
Salahkah perempuan menjadi cantik? Nggak dong. Kalo tampan ya jelas masalah. Hehehe.. Tapi beneran, kalo udah dari sononya punya wajah juga bodi yang proporsional, ‘enak’ diliat  itu udah qadha Allah alias ketetapanNya. Jadi nggak ada dosa bagi pemilik wajah cantik ini! You not a sinner because you look prettyGirls.  Yang dosa, kalo kemudian menampilkan secara sengaja keindahan dan kemolekan kita (saya perempuan juga soalnya..) secara berlebihan (tabarruj) hingga menarik perhatian lawan jenis. Wajah dan tapak tangan memang bukan aurat tapi kalau dirias sedemikian rupa hingga menimbulkan syahwat bagi lawan jenis untuk memandang, wah.. be careful.  Ditambah lagi pakaian yang menonjolkan bagian-bagian tubuh yang merupakan aurat perempuan (selain wajah dan tapak tangan) nah itu yang termasuk dilarang Allah SWT (coba deh kamu buka al-Quran surah an-Nuur ayat 31).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhubeliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR Muslim no. 2128)
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, saya nemuin artikel di situs rumahcurhat.com dengan judul Standar Kecantikan, ini saya kutipkan satu paragrafnya: “Setiap tahun perusahaan kosmetik di seluruh dunia selalu ngeluarin produk kecantikan yang baru. Supaya produk mereka laku, mereka ngebentuk pola pikir masyarakat tentang standar kecantikan. Dan pastinya standar kecantikan yang dibentuk itu yang sesuai dengan produk mereka. Itu yang kita kenal sebagai tren kecantikan. Dengan sendirinya masyarakat, khususnya kaum hawa, berlomba-lomba ngikutin setiap tren yang disodorin perusahaan kosmetik. Nggak sedikit cewek-cewek menghabiskan uang, usaha dan waktu buat ngikutin tren kecantikan lho…”
Wah, gitu ternyata ya. Jadi kalo rame-rame iklan kosmetik atau jasa perawatan tubuh dan wajah nawarin mutihin kulit, bodi langsing, sulam bibir—alis—garis mata, mata belo warna-warni dengan lensa kontak .. that’s what they call ‘pretty’. Waduh! Mas Bruno Mars aja bilang “Cause you’re amazing, just the way u are” terus mbak-mbak Cherybelle juga bilang “You are beautiful, beautiful, beautiful. Kamu cantik cantik dari hatimu”.  Tuuhh.. kenapa kita selalu merasa kurang?

Senin, 24 Juni 2013

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, alhamdulillah bisa ketemuan lagi pekan ini. Hmm… mungkin di antara kamu ada tanya-tanya bingung atau heran dengan judul edisi 295 ini. Hayo ngaku! Hehehe.. judul yang kamu baca ini nggak salah. Buletin gaulislam akan bahas topik hangat seputar rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam waktu dekat ini. Maka, rasa-rasanya kita juga perlu bahas soal ini. Kenapa? Sebab, kamu sebagai remaja juga kudu paham masalah-masalah beginian. Jangan ngeh soal game online doang, nggak cuma paham sinetron, musik, sepak bola, dan idola aja. Ayo, pahami kondisi sekitar, baca fakta dan peristiwa yang hadir di depanmu.
So, ini artinya adalah kamu juga harus memikirkan nasibmu sendiri. Gimana pun juga, kalo harga BBM jadi naik, ortu kamu juga pusing. Pusing karena kudu menghemat keuangan keluarga tersebab harga-harga kebutuhan pokok juga bakalan merangkak naik sesuai kurva kenaikan BBM, ongkos transportasi otomatis naik (biasanya kan ongkos angkot dua rebu rupiah sekali jalan, kalo BBM naik ya nambah lagi). Itu baru dari dua sisi lho, sembako dan transportasi. Belum, lagi biaya lainnya seperti kebutuhan berobat (kesehatan) dan biaya pendidikan (buku dan sejenisnya). Jadi, ini semacam efek domino. Kamu tahu kan efek domino itu apa? Hehehe.. kalo belum ngeh gini deh. Pernah nggak nyusun kartu domino diberdiriin dan berderet memanjang. Nah, ketika satu kartu dijatuhkan, maka kartu di belakangnya akan ikut jatuh dan merembet terus sampai akhirnya jatuh smeua. Gitu lho, analoginya. Eh, bisa aja sih kamu pake istilah sendiri, misalnya efek papan penggilasan. Kamu berdiriin deh papan penggilasan berderat memanjang seperti pada kartu domino, terus kamu jatuhin satu papan penggilasan agar semua papan jatuh. Cuma masalahnya, itu terlalu repot nyari papan penggilasan dan berat kali ye (hehehe…).

Oke, kita balik lagi ke soal kenaikan BBM. Yup, naiknya harga BBM pasti akan diikuti dengan kenaikan harga yang lain karena polanya begini: Ketika harga BBM naik, maka akan mengakibatkan kenaikan harga transportasi yang kemudian mengakibatkan kenaikan biaya pengiriman barang, dan akhirnya mengakibatkan kenaikan harga barang-barang, akhirnya tentu saja menguras kocek pembeli. Saya yakin pemerintah sudah tahu soal ini. Itu sebabnya, seperti pola sebelumnya, diantasipasi oleh pemerintah dengan menyiapkan program kompensasi sebagai satu paket program menaikkan harga BBM bersubsidi, seperti pemberian beras miskin, program keluarga harapan, program bantuan siswa miskin, program bantuan langsung sementara masyarakat dan program infrastruktur dasar. Tetapi, apa akan bertahan lama? Rasa-rasanya tidak. Justru program semacam ini rawan malpraktek karena akan dijadikan alat untuk mendongkrak popularitas partai tertentu di pemilu mendatang dengan pura-pura jadi pengawas program tersebut. Korbannya? Ya, rakyat lagi.

Jumat, 14 Juni 2013

CIFI Girl’s (cerpen)

By: Aulia Rahman
Cahaya matahari siang datang menggoda kota Bogor. Huh! …panas banget deh hari ini. Tapi ternyata ada yang lebih panas lagi, yaitu hatinya Fifi. Kepalanya juga muter-muter kayak komedi puter. Pusiiiiiing.. (lho kok kayak Mbak Peggy Melati yah?)
Dari hasil investigasi, didapat bahwa pusingnya kepala Fifi yang mencapai 180 Rad disebabkan oleh sohib kentalnya yang lebih kental daripada susu kental manis, yang bernama Cici. Beteee…banget apalagi kalo yang disebelin itu sohib deket.
Jadilah kamar kosan Fifi yang mungil semungil orangnya dijadiin ajang kompensasi Fifi. Dari mulai teriakan suara heavy metal-nya “GNR” yang mendendangkan lagu Sweet Child of Mind. Eit..ini Guns and Roses lho, bukannya Goyang Ngebor Remix. Terus meja tulisnya berantakkan abis. Kalo ini sih lagi nggak BT juga emang udah berantakkan. Belum lagi bantalnya yang ditinju-tinju sebagai pengganti sasak tinju. Dan puncaknya, Fifi nangis. Heboh banget yah?
Selidik punya selidik, ternyata masalahnya cukup sederhana aja kok. Fifi tuh pengennya sekarang maen-maen ke Plaza Jambu Dua ama Cici, tapi Cici gak bisa. Alesannya, ngaji. Sebeeel …ini bukan yang pertama kalinya Cici nolak ajakan Fifi. Lagi-lagi alasannya kalo nggak ngaji, ada acara LDK di kampus, ada bedah buku, rapat rohis, dsb. Maka meledaklah kebetean Fifi sekarang.
Fifi bangun dari tempat tidurnya. Rencananya sih mo matiin radio, abis kasetnya kusut ngedadak. Maklum kaset warisan kakaknya sih. Pas tangannya mo matiin radio, tiba-tiba matanya memandang pigura yang memajang senyum manisnya bersama Cici. Diraihnya pigura itu. Itu potonya waktu masih SMU. Maklum ia dan Cici kan satu SMU dulu. Walau nggak satu kelas. Terus sama-sama janjian ngambil PMDK di PTN negeri di kota ini. Alhamdullilah dua-duanya jebol walau beda jurusan. BTW, yang penting masih bisa curhat-curhatan pikir mereka berdua.